Pembelaan George Floyd – Demonstrasi besar telah berhasil digelar serta berakhir ricuh sehingga dikenal juga sebagai insiden rusuhnya Minneapolis. Peristiwa ini terjadi pada area Saint Paul, Minnesota Amerika Serikat. Dari tempat tersebut, kerusuhan meluas hingga puncaknya penyebaran sampai ke seluruh pelosok AS dan juga bagi para pemain daftar bandar qq online yang menjadi gelisah ketika bermain penuh dengan ketegangan yang memang membuat banyak pemain judi bandarq online kalah karena kerusuhan ini.

Awalnya kejadian ini dipicu oleh wafatnya seorang pria kulit hitam bernama George Floyd. Peristiwa ini telah terkonfirmasi sebagai sebuah pembunuhan berencana oleh oknum polisi bernama Derek Chauvin beserta sekelompok rekan seprofesinya. Mereka semua bertugas atas mandat dari polsek bagian Minneapolis. Pada 26 Mei 2020, ribuan massa yang terkumpul sebagian besar berasal dari ras kulit hitam menyerbu kantor polisi bagian Minneapolis.

Demonstrasi Minneapolis Menuntut Pembelaan George Floyd Berujung Rusuh1

Ketika demonstrasi berlangsung, kumpulan warga yang teridentifikasi sebagai massa besar akhirnya pecah bentrok dengan pihak berwenang hal ini sama dengan porak pranda hongkong. Para personil aparat penegak ketertiban masyarakat memberi perlawanan kepada warga dengan melontarkan tembakan gas air mata. Terlaporkan juga bahwa sempat beberapa kali terdengar suara tembakan ke arah kerumunan para pendemo.

Namun untunglah, peluru yang ditembakkan oleh pihak polisi dan tentara masih sebatas bermaterial karet kenyal. Namun keringanan serangan dari bala penegak keamanan hanya kamuflase belaka. Pasalnya, sehari kemudian tepatnya pada 27 Mei seorang laki-laki mati seketika akibat jadi korban penembakan di tempat pegadaian. Aset kepolisian dirusak parah, jendela kaca kantor pecah remuk berantakan. Saking parahnya, terjadi penjarahan besar-besaran serta beberapa bangunan ikonik dibakar massa.

 

Respon Oknum Polisi Atas Kematian George Floyd, Karena Nila Setitik Rusak Susu Sebelanga

Demonstrasi yang menuntut terciptanya keadilan dari isu rasis di Minneapolis berlangsung cukup lama. Beberapa hari setelahnya, terlihat masih banyaknya kegiatan demo di mana-mana sehingga kepolisian kewalahan menanganinya. Rumah sang pelaku pembunuhan yaitu oknum polisi Derek Chauvin pun terkepung oleh kedatangan para pendemo.

Respon Oknum Polisi Atas Kematian George Floyd, Karena Nila Setitik Rusak Susu Sebelanga

Jumlahnya tidak main-main mulai dari ratusan hingga ribuan orang menunggui halaman rumah Chauvin setiap harinya. Aksi pembakaran gedung terjadi bagaikan makanan harian sehingga memenuhi semua isi berita di wilayah lokal. Presiden AS yaitu Donald Trump malah memperparah keadaan dengan mengumumkan penggunaan personil militer untuk membubarkan demonstran.

Awal mulanya hanyalah sebuah sikap oportunis dari Chauvin yang merupakan seorang kulit putih namun punya wewenang sebagai polisi. Ia mendapati George Floyd kala itu tengah berbelanja di sebuah pusat swalayan dan menuduhnya menipu. Laki-laki berusia 46 tahun tersebut kebingungan ketika sekelompok pria berseragam resmi mengepung dan menyudutkannya pada pojok mobil.

Mereka bahkan seenaknya menyematkan Floyd sebagai tersangka terduga pengguna narkotika. Merasa tidak terima diperlakukan semena-mena, nada bicara Floyd sempat meninggi akibat tersulut emosi dan marah dalam hatinya. Waktu ia dibentak dan dipaksa keluar dari mobil yang dikendarainya, terang-terangan ia menolak, menurut pengakuan salah satu saksi di pihak polisi. Namun faktanya, CCTV menunjukkan bahwa Floyd bertindak koperatif tanpa pernah melawan sekalipun.

   Respon Oknum Polisi Atas Kematian George Floyd

Para petugas biadab ini mendadak merasa terprovokasi oleh kelakuan George Floyd. Dengan kejamnya ia membekuk Floyd di jalanan aspal dengan muka tertekan ke arah bawah. Bahkan seakan masih kurang cukup, ia memborgol kedua tangan pria malang ini. Floyd terus-terusan mohon pengampunan dan kelonggaran karena dadanya ditekan oleh lutut Chauvin sekeras mungkin.

Mendengar rintihannya, Chauvin malah semakin menjadi dan menambah tekanan pada lututnya. Tidak berapa lama kemudian, hidung Floyd bercucuran darah lalu meregang nyawa beberapa saat setelahnya. Gara-gara satu kejadian ini, isu rasis antara pertikaian kulit hitam dan putih yang sudah mulai mereda malah kembali menjadi panas. Akibat nila setitik, maka rusaklah susu sebelanga.